Entah kenapa gue merasa wajib menuliskan kata Ganteng di judulnya.
Mungkin karena itu diperankan oleh Omar Daniel? Ya bisa aja.
#abaikan
Mari fokus ke cerita di film Qorin ini aja.
Dari trailer, gue masih belum bisa memastikan apa yang sebenarnya ingin diangkat, terlebih saat promosi di awal tayang pun, yang disebutkan adalah kayang massal.
Membuat gue bertanya-tanya apakah gue harus nonton film ini atau enggak? Thank God ada yang ngajak nonton dan mau bayarin 🙏
Saat pengenalan karakter di awal, gue masih menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi antara Zahra dan Ujay.
Yes. Ujay ini adalah singkatan dari Ustadz Jaelani.
Ekspresi yang ditunjukkan oleh Zahra ini ambigu. Itu yang gue tangkap. Antara takut karena sesuatu yang pernah terjadi di antara keduanya, atau justru takut karena sesuatu akan terjadi pada dia dan Ujay.
Di awal, gue sempat berpikir kalau Zahra ini mencoba untuk jaga jarak supaya enggak terjerumus oleh ketampanan Ujay.
Zahra sebagai santriwati teladan yang dekat dengan banyak guru, menunjukkan ketidaknyamanan ketika bertemu dengan Ujay dan istrinya.
Sebagai satu-satunya lelaki tampan di Pondok Pesantren itu (karena penghuninya mayoritas cewek), gue sempat berasumsi ketampanan Ujay akan membuat beberapa santriwati terpesona dan mengabaikan fakta dia sudah menikah dan istrinya pun ada di situ juga. He's the center of universe klo bisa gue bilang. The magnet of all attentions should be for him and him only.
Kedatangan Yolanda di pondok pesantren sebagai anak pindahan membawa cerita baru. Jiwa pemberontak Yolanda akan keanehan yang dia rasakan sejak awal masuk pondok membuatnya yakin jika ada hal yang janggal di tempat itu.
Yang membuat gue aneh untuk karakter Yolanda ini adalah gue sempat terpikir jika ada adegan pelarian Yolanda dari pondok, tapi ternyata hal itu tidak terjadi. Bahkan background story kenapa akhirnya Yolanda dibawa ke tempat itu pun mengundang banyak tanya untuk gue pribadi.
Di pertengahan cerita, akhirnya terungkap kegiatan Ujay dan yang dilakukan olehnya kepada santriwati adalah kesesatan. Pemaksaan kepada santriwati untuk melakukan ritual pemanggilan Qorin dengan dalih itu wajib untuk nilai ujian akhir sebelum kelulusan adalah puncak dari rencana sesat yang sudah direncanakan dengan matang.
Belum sampai spoiler ceritanya kan ya?
Ya udah gue akhiri sampai di situ aja.
Cerita lengkapnya bisa kalian tonton sendiri di bioskop jika masih tayang.
Hal yang gue suka dari film ini adalah cerita yang ingin diangkat mengenai pelecehan seksual yang terjadi di pondok pesantren bukanlah hal yang tidak mungkin terjadi. Dibalut dengan horor sampai gambaran kesurupan massal termasuk langkah kreatif. Bahkan ritual yang dilakukan pun mungkin familiar untuk beberapa orang (meskipun mantranya mungkin bisa diperbaiki supaya terdengar lebih 'dalam' dan tidak semudah itu dilakukan atau dibacakan sembarang orang).
Hal yang bisa diperbaiki dari film ini, selain mantra ritual, adalah gambaran kehadiran Qorin. Dari yang awalnya sama seperti raga pemiliknya, menjadi jauh berbeda pada akhirnya.
Iya, gue tahu tentang their ability to change their form into anyone or anything, but it felt something just missing from the looks when they all started to come out on introduction. I wish they are doing better on this one 🙏

Comments
Post a Comment