Skip to main content

Review Film Sri Asih: Wonder Woman Indonesia

Melihat trailernya, gue sendiri skeptis akan jadi bagaimanakah film ini.
Tapi gue masih yakin kalau filmnya enggak akan sejelek yang ada di bayangan gue ketika lihat trailernya.
Akhirnya datanglah ajakan nonton itu. (Iya ini gue masih dibayarin)

Di awal film, adegan yang gue yakin pakai CGI itu adalah bahan tertawaan gue (dalam hati) yang pertama. Gue lucu aja pokoknya liat ibu hamil naik gunung lalu gunungnya meletus.
Let's skip that part. Hal lain di film ini jauh lebih menarik untuk dibahas.

Selanjutnya, adegan latihan Martial Arts (bener gak sih?) Alana (Pevita Pearce) sampai dengan akhirnya dia tanding dengan Mateo (Randy Pangalila).
Ini masih bisa gue terima. Kurang smooth. But worth to watch. 
Enggak terlalu janggal atau nanggung lah di mata. Masih oke dan bisa dinikmati banget. 

Pengenalan Alana sebagai calon Sri Asih termasuk sekilas info tentang legenda Sri Asih sebelumnya. Di bagian ini, gue cuma terganggu sama tampilan Nani Wijaya (Najwa Shihab) di power point. Kepalanya goyang-goyang kayak boneka mampang masaaa 😭
Lalu gue juga kecewa karena ternyata ada adegan Kala (Dimas Anggara) pake beskap yang jelas ganteng banget tapi di-cut dan gak jadi tayang di bioskop. Iya cuma sekian detik, tapi kan mau lihat...😭

Adegan berantem terakhir Alana itu yang paling menghibur sih.
Yang awalnya gue gak yakin bakal bagus, tapi di luar dugaan keren banget. Hampir buat lupa kalau ini film Superhero Indonesia! Asli! Adegan terbang nanggung di trailer juga gak berasa pas udah nonton filmnya full.

Beberapa orang mempermasalahkan soal skrip dengan bahasa baku yang terasa aneh didengar. Tapi buat gue, itu bukan masalah besar. 
Yang jadi masalah buat gue adalah adegan berantem Kala Tangguh dengan penjahat... itu nanggung banget ya. 😭
Okay. Anggaplah Tangguh memang gak bisa berantem blas karena dia wartawan. Lalu kenapa adegan berantem Kala juga nanggung kayak gitu? Kala ini agen terlatih kan?
Adegan berantem Kala Tangguh ini yang buat gue jadi tanda tanya sama filmnya.
Iya gue tahu ini soal Alana jadi Sri Asih yang mau diangkat dan difokuskan. Tapi kan keduanya juga peran pendukung yang hampir ada di sepanjang film. Kenapa enggak dapat porsi lebih pas untuk adegan berantemnya? Itu aja sih yang buat gue kecewa parah sama film ini.

The movie is too short to tell the world what Sri Asih capable of.
Karena gak semua orang baca komiknya dan tahu siapa Sri Asih itu, kan.

Terlepas dari film itu, cuplikan film Godam yang tayang di akhir film buat gue mau teriak, "AAAAAK TATO PUNGGUNGNYA CHICCO NONGOL LAGI". Remind me of him on A Copy of My Mind (yang bukan pas tayang reguler karena potongan sensornya terlalu banyak).

dah ah pokoknya gitu.
Kalau nanti ada Director's cut atau penayangan ulang Sri Asih dengan beberapa adegan baru, kayaknya gue bakal tetap nonton lagi sih (asal ada yang bayarin). 

Comments

Popular posts from this blog

Review Film Tumbal Kanjeng Iblis: Film Horor Yang Ngeselin

Ini film horor teraneh yang pernah gue tonton. Karena yang terjadi setelah nonton film ini adalah gue bukannya takut atau merinding membayangkan setan atau jalan ceritanya, tapi justru kesal dengan yang dilakukan oleh Tia. Gue sangat kesal sama Tia (Sheryl Sheinafia) di film ini. Antara terlalu polos atau goblok, you can choose both if you already watch the movie. Keinginan kuatnya untuk mencari kakaknya yang hilang dua tahun lalu saat kuliah mengantarkannya kepada Kosan Ibu Rosa (Putri Ayudya) dan Pak Jefri (Miller Khan). Kosan dengan kamar luas dan fasilitas lumayan lengkap, tapi per bulan cuma bayar 250rb. Enggak mencurigakan banget sih sebenarnya kalau soal harga, terlebih itu diset di area Jawa Tengah. Yang membuat gue kurang nyaman ketika menonton film ini adalah plot cerita dengan twist yang seperti dipaksakan dan apasih banget pada akhirnya.  Pengenalan karakternya pun terasa sangat canggung. Mungkin yang sedang dicoba untuk diciptakan adalah kejutan demi kejutan akan hadir...

Review Film M.F.A : Balas Dendam untuk Pelaku Pemerkosaan

Have sex without consent is a rape. Nonton film ini mengingatkan gue sama Jessica Jones. Cuma gak ada kekuatan super aja. Film ini menceritakan tentang mahasiswi seni yang bertemu dengan lelaki idamannya di kelas melukis. Berawal dari perkenalan itu, akhirnya pertemuan berlanjut ke salah satu pesta yang diadakan oleh si lelaki. Di pesta ini, berawal dari ciuman lembut lalu berakhir dengan pemerkosaan yang dilakukan oleh si cowok terhadap mahasiswa cewek itu. Ketika mengadukan masalah ini kepada psikolog (?), akhirnya masalah baru muncul karena pertanyaan yang diberikan lebih memberatkan si cewek yang sedang menghadapi trauma. Ketika si cewek datang lagi ke tempat si cowok dan menuntut permintaan maaf karena telah memperkosanya, akhirnya terjadi kecelakaan di mana si cewek mendorong si cowok hingga terjatuh dari lantai dua. Pembunuhan tidak terencana itu justru menginspirasi si cewek dalam melukis.  Bermodalkan mencari cerita di forum mengenai kasus yang serupa sepertinya akhirnya d...

Review Film The Labyrinth : Sekolah Hantu ala Korea

Udah tahu sekolahnya penuh hantu, tapi malah datang malam-malam ke sekolah. Awalnya gue sendiri kesal kenapa ceritanya harus seperti itu. Tapi semakin jauh ceritanya, justru semakin menarik untuk diikuti. Penggambaran hantu di sini pun bisa dibilang lebih dari cukup. Bukan hanya mengandalkan scoring mengagetkan, namun dirasa lebih masuk akal juga karena dibuat benar-benar terlihat seperti manusia pada awalnya, lalu berubah menjadi berbeda pada akhirnya. Kenapa gue bilang masuk akal? Karena normalnya ya mereka gak akan terlihat berbeda kecuali memang sengaja ingin menampakkan diri dengan bentukan yang berbeda. It might takes a minutes or more to realized they are not the thing we just saw a moments ago . Misteri yang dicoba untuk dipecahkan di film ini sebenarnya sederhana. Hanya ingin mencari tahu apa yang terjadi beberapa waktu sebelumnya mengenai kasus pembulian yang dilakukan oleh beberapa siswa nakal di sekolah itu. Dan kebetulan, ibu dari siswa yang dibuli ini adalah seorang dukun...